Sejarah

Pertanyaan

asal usul desa Temandang

2 Jawaban

  • TEMANDANG YANG AKU KENAL


    Temandang dalam Pandangan sejarahnya

    Memulai pengenalan tentang desa Temandang itu tidak berarti terlepas dari sejarah munculnya sebuah tempat dan nama yang digunakan

    Kata “ Temandang” kemungkinan berasal dari “ Tumandang” yang berarti giat dalam hal pekerjaan terutama pekerjaan bersama atau bergotong royong

    Konon menurut cerita dari mulut kemulut yang keabsahannya masih perlu dicarikan pembuktian , ada seorang wali songo sedang dalam perjalanan mencari kayu jati untuk tiang masjid Demak. Diperkirakan kayu tersebut diambil dari hutan yang sekarang masuk wilayah desa Koro, ketika membawanya perlu bantuan penduduk disetiap jalur perjalannanya hingga sampai ke Demak. Pada saat melewati perkampungan kecil yang mungkin masih sedikit penduduk disitulah terlihatlah betapa giatnya penduduk tersebut menggotong batang kayu jati hingga sampai tapal batas desa berikutnya

    Melihat hal yang sedemikian itu sang wali sangat kagum dan berharap agar kampung tersebut dinamakan Tumandang yang berarti giat kerjanya

    Mengenai siapakah orang yang dahulu sebagai pimpinan /sesepuh desa Temandang dalam hal ini juga diceritakan bahwa terdapat dua orang yang diyakini sebagai cikal bakal penduduk desa temandang,yang pertama adalah Mbah Mangun Kuburannya di Mahkaman Gedhe atau kuburan Gedrek.Menurut cerita Mbah Mangun ini lengkapnya adalah Mangun Wijoyo yang juga merupakan saudara dari Raden Mas Sahid putra Bupati Tuban Wilatikta atau yang dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga. dan yang kedua adalah Mbah Bango (kuburannya di mahkaman Mbodro)

    Dalam sebuah  cerita disebutkan bahwa pernah suatu kali ada harimau yang akan menerkam Mbah Mangun namun karena kesaktianya harimau tersebut tak dapat membuat badan mbah Mangun terluka bahkan konon mulai harimau itu mencoba menggigit sejak matahari diatas kepala hingga sampai waktu matahari hampir terbenam. Oleh karena itu mbah Mangun berpesan pada harimau itu agar jangan sekali-kali pada anak keturunannya sampai diganggu atau mau diterkam oleh sang harimau,itu sebabnya tak ada orang asli penduduk desa Temandang yang dimakan harimau,karena mungkin harimau takut akan ancaman dari mbah Mangun

    Mengenai cerita harimau tersebut setahu penulis tak pernah dengar ada orang penduduk Temandang yang dimakan harimau. Akan tetapi bila dilihat atau dipikirkan secara mendalam ,mana ada harimau di hutan Temandang

  • Konon, ada seorang wali songo sedang dalam perjalanan mencari kayu jati untuk tiang masjid Demak. Diperkirakan kayu tersebut diambil dari hutan yang sekarang masuk wilayah desa Koro. Ketika membawanya perlu bantuan penduduk di setiap jalur perjalanannya hingga sampai ke Demak. Pada saat melewati perkampungan kecil yang mungkin masih sedikit penduduk, disitulah terlihat betapa giatnya penduduk tersebut menggotong batang kayu jati hingga sampai tapal batas desa berikutnya. Melihat hal yang sedemikian itu, sang wali sangat kagum dan berharap agar kampung tersebut dinamakan Tumandang yang berarti giat kerjanya. Akhirnya, lama kelamaan daerah itu disebut Temandang.

    Mengenai siapakah orang yang dahulu sebagai pimpinan/sesepuh desa Temandang, dalam hal ini juga diceritakan bahwa terdapat dua orang yang diyakini sebagai cikal bakal penduduk desa Temandang. Pertama adalah Mbah Mangun (kuburannya di pemakaman Gedhe atau kuburan Gedrek). Menurut cerita, Mbah Mangun (Mangun Wijoyo) yang juga merupakan saudara dari Raden Mas Sahid putra Bupati Tuban Wilwatikta atau yang dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga. Kedua adalah Mbah Bango (kuburannya di pemakaman Mbodro). Dalam cerita disebutkan bahwa pernah suatu kali ada harimau yang akan menerkam Mbah Mangun. Namun karena kesaktiannya, harimau tersebut tak dapat membuat badan Mbah Mangun terluka bahkan konon mulai harimau itu mencoba menggigit sejak matahari di atas kepala hingga sampai waktu matahari hampir terbenam. Oleh karena itu, Mbah Mangun berpesan pada harimau itu agar jangan sekali-kali pada anak keturunannya sampai diganggu atau mau diterkam oleh sang harimau. Itu sebabnya tak ada orang asli penduduk desa Temandang yang dimakan harimau, karena mungkin harimau takut akan ancaman dari Mbah Mangun.

    Di lain hal, ada sebuah tempat yang sekarang menjadi sebuah kuburan bernama Ndobong (selatan desa Temandang). Menurut ceritanya kata Ndobong berasal dari Budho diobong atau orang Budha mati dibakar. Dalam hal ini sebuah tempat tersebut dikhususkan sebagai tempat pembakaran mayat dan seketika agama Islam sudah dianut banyak orang maka tempat tersebut berubah fungsinya menjadi pemakaman umum.

    Ada satu lagi tempat yang berhubungan dengan orang meninggal bernama Setran. Sekarang tempat ini berubah menjadi lahan pertanian yang letaknya berbatas dengan tanah hutan. Tempat ini diyakini pernah menjadi sebuah tempat meletakkan jasad penduduk yang meninggal dan tak ada biaya untuk upacara pembakaran (Setran berarti pasetran atau tempat peletakan mayat).

    Sebagaimana sebuah wilayah kecil bernama desa pasti mempunyai hubungan langsung dengan wilayah yang lebih besar, misalnya sebuah kabupaten. Wilayah desa Temandang sampai dengan abad 21 ini masih dalam wilayah kabupaten Tuban. Dahulu, dalam catatan sejarah telah disebutkan bahwasanya wilayah Tuban dan sekitarnya dimasukkan ke dalam wilayah Rembang oleh pemerintah kolonial Belanda. Ini berarti urusan dengan Bupati, seorang kepala desa harus menghadap dan laporan di kota Rembang, Jawa Tengah. Kepala desa yang biasa disebut lurah bilamana akan menghadap bupati Rembang biasa dengan menunggang kuda. Berpakaian jawa khas stelan jas tutup (surjan) dipadu dengan jarit wiron dan dilengkapi pula destar jawa yang disebut blangkon, begitu pula diselipkan sebuah keris di belakang. Demikianlah mungkin gambaran seorang lurah pada zaman itu. Pernah ada seorang lurah Temandang yang bernama Edek (dimakamkan di Kuburan Ndobong) yang waktu beliau menghadap Bupati Rembang bersama dengan lurah yang lain, seketika itu pula harimau milik kanjeng Bupati lepas atau memang sengaja dilepaskan. Kemungkinan harimau itu memang sengaja dilepaskan sebagai salah satu ujian bagi para lurah agar bupati bisa tahu mana di antara lurah tersebut unggul dalam kesaktiannya. Ternyata harimau yang lepas itu dapat ditangkap dengan baik oleh lurah Temandang yang bernama Edek.

    Sebagaimana arah jalannya sejarah, perubahan dalam hal penganut dan pemeluk agamapun juga mengalami pergeseran. Pergeser

Pertanyaan Lainnya